Senin, 31 Maret 2014

MENDESKRIPSIKAN PAHLAWAN NASIONAL YANG DI IDOLAKAN

Pahlawan Nasional Idola saya adalah Sisingamangaraja XII . Sisingamangaraja XII lahir tahun 1849 di Bakkara, sebuah tempat indah di tepian Danau Toba .Ia memiliki nama kecil Patuan Bosar Nama ‘sisingamangaraja’ sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu ‘singa’ dan ‘mangaraja’. Ia dinobatkan menjadi raja tahun 1871 saat usianya baru 19 tahun dan sempat merantau ke Aceh untuk menjalin persekutuan melawan Belanda. Pada saat itu Sisingamangaraja XII bekerjasama dengan Panglima Nali dari Kerajaan Minangkabau dan Panglima Teuku Mohammad dari Kerajaan Aceh. Persekutuan itulah yang menyebabkan Aceh dan Tanah Batak sulit ditaklukkan Belanda.

 Sisingamangaraja XII dikenal sebagai orang yang anti perbudakan dan penindasan, ia sangat menghargai hak kemerdekaan hidup. Raja Sisingamangaraja XII berjuang menentang kekuasaan Belanda di Tapanuli, Sumatera Utara. Dengan dukungan rakyatnya, tahun 1877 ia menyatakan perang kepada Belanda. Perang panjang pun berlangsung selama 3 dasawarsa bermula di Bahal Batu, Humbang dan berikutnya meluas di selutuh Tanah Batak bahkan Belanda mengerahkan pasukannya dari Singkil Aceh.
 Perang Paderi itu merupakan awal untuk menguasai Minangkabau dan Tapanuli Selatan. Perlahan Minangkabau jatuh juga, disusul Natal, Mandailing, Barumun, Padang Bolak, Angkola, Sipirok, Pantai Barus, dan kawasan Sibolga. Akibatnya, Tanah Batak terpecah menjadi dua, yaitu daerah yang telah direbut Belanda menjadi Gubernemen atau disebut “Residentie Tapanuli dan Onderhoorigheden” Daerah yang belum ditaklukkan Belanda masuk wilayah Tanah Batak
Belanda kemudian menguasai Balige untuk merebut  pasukan Sisingamangaraja XII di Toba, untuk selanjutnya mengadakan blokade ke Bakkara. Berikutnya pada 12 Agustus 1883, Bakkara, tempat istana dan markas Sisingamangaraja XII berhasil direbut sehingga ia mundur ke Dairi bersama pengikut setianya, keluarga, dan para panglima yang terdiri dari beberapa suku Aceh.
 Tahun 1883, Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghancurkan pasukan Sisingamangaraja XII di hampir seluruh Tanah Batak. Sisingamangaraja XII kemudian membalasnya dengan menyerang Belanda di Balige dari Huta Pardede menggunakan armada laut dari Danau Toba. Sekira 40 kapal perang (solu bolon) yang panjangnya 20 meter menyerang sehingga perang pun pecah dengan sengit. Pada 17 Juni 1907, di pinggir Sungai Aek Sibulbulon, Sisingamangaraja XII tertembak setelah bertempur dalam jarak dekat dengan sebuah pasukan khusus pimpinan Kapten Christoffel. Diceritakan bahwa Sisingamangaraja XII kebal peluru namun karena terpercik darah putrinya, Lopian yang tertembak, maka Sisingamangaraja XII pun gugur bersama dua putranya yaitu Patuan Nagari dan Patuan Anggi. Sebelumnya, hampir seluruh kerabat dan keluarga Raja Sisingamangaraja XII ditangkap termasuk Boru Situmorang (ibu Sisingamangaraja XII), Boru Sagala (isteri Sisingamangaraja XII), dan putra-putri Sisingamangaraja XII yang masih kecil, yaitu Raja Buntal, dan Pangkilim. Berikutnya pengikutnya pun berpencar dan meneruskan perlawanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar