Senin, 31 Maret 2014

MENDESKRIPSIKAN BUNGA LAMBANG SUATU PROVINSI

Arti Lambang Bunga di Provinsi Sumatera Selatan



Makna Bunga Teratai adalah lambang keadilan berdasarkan Pancasila.
     Bunga teratai berkelopak lima berarti keberanian dan keadilan berdasarkan Pancasila. Selain itu bunga padma atau teratai adalah bunga suci dalam agama Buddha yang melambangkan Kemaharajaan Sriwijaya sebagai bukti sejarah kegemilangan masa lalu Sumatera Selatan. Batang hari sembilan adalah nama lain provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sembilan sungai. Jembatan Ampera merupakan ciri yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan. Gunung memiliki makna daerah pegunungan yang banyak terdapat di Sumatera Selatan. Sedangkan atap khas Sumatera Selatan yang berujung 17 dan 8 garis genting dan 45 buah genting merupakan simbol kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.


MENDESKRIPSIKAN TOKOH WAYANG IDOLA



Tokoh wayang favorite saya adalah srikandi. Srikandi (Dewanagari: शिकण्ढी; IAST: Śikhaṇḍī) adalah salah satu putri Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Putri Amba yang tewas karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata diceritakan bahwa ia lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria).
 Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan Jawa dikisahkan bahwa ia menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata versi India Di Mahabharata India, Srikandi adalah seorang transgender yang menikah dengan seorang wanita. Pada malam pertama ketika tahu siapa sebenarnya suaminya, isterinya menghinanya dan Srikandi pun lari dengan penuh rasa malu. Saat putus asa dan hendak bunuh diri, ia ketemu seorang lelaki baik hati yang sepakat untuk bertukar kelamin. Srikandi pun pulang ke rumah isterinya sebagai lelaki tulen dan mereka memiliki anak.
Tapi dalam versi pedalangan Jawa, Srikandi betul-betul seorang wanita, puteri Raja Drupada dan Permaisuri Gandawati dari negeri Pancala. Meski dikatakan anak Drupada-Gandawati, tapi Srikandi lahir dari api pemujaan Drupada. Waktu tercipta dari api pemujaan itu bayi Srikandi sudah menggendong tabung anak panah dan memegang busur.
Dalam perjalanan waktu Srikandi yang cantik dan kenes itu menjadi prajurit handal Pancala. Saat memperdalam ilmu memanah pada Arjuna, Srikandi jatuh cinta dan keduanya pun menjadi suami isteri. Srikandi tinggal di Ksatrian Madukara bersama isteri Arjuna yang lain, Sembadra dan Larasati. Di sana ia menjadi penjaga keamanan ksatrian.

Dalam perang besar Bharatayuda, Srikandi menjadi Senopati Pandawa, dan berhasil membunuh panglima perang Korawa, Bhisma. Sebetulnya Srikandi bukan lawan setara Bhisma yang sakti, tetapi Bhisma sendiri membiarkan tubuhnya tertembus anak panah Srikandi begitu dilihatnya bayangan Amba, perempuan yang pernah dibunuhnya pada waktu muda, berkelebat di sisi Srikandi. Usai perang besar Bharatayuda, Srikandi yang tidak memiliki anak itu tewas dibunuh Aswatama yang menyelinap diam-diam ke perkemahan Pandawa.

MENDESKRIPSIKAN PAHLAWAN NASIONAL YANG DI IDOLAKAN

Pahlawan Nasional Idola saya adalah Sisingamangaraja XII . Sisingamangaraja XII lahir tahun 1849 di Bakkara, sebuah tempat indah di tepian Danau Toba .Ia memiliki nama kecil Patuan Bosar Nama ‘sisingamangaraja’ sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu ‘singa’ dan ‘mangaraja’. Ia dinobatkan menjadi raja tahun 1871 saat usianya baru 19 tahun dan sempat merantau ke Aceh untuk menjalin persekutuan melawan Belanda. Pada saat itu Sisingamangaraja XII bekerjasama dengan Panglima Nali dari Kerajaan Minangkabau dan Panglima Teuku Mohammad dari Kerajaan Aceh. Persekutuan itulah yang menyebabkan Aceh dan Tanah Batak sulit ditaklukkan Belanda.

 Sisingamangaraja XII dikenal sebagai orang yang anti perbudakan dan penindasan, ia sangat menghargai hak kemerdekaan hidup. Raja Sisingamangaraja XII berjuang menentang kekuasaan Belanda di Tapanuli, Sumatera Utara. Dengan dukungan rakyatnya, tahun 1877 ia menyatakan perang kepada Belanda. Perang panjang pun berlangsung selama 3 dasawarsa bermula di Bahal Batu, Humbang dan berikutnya meluas di selutuh Tanah Batak bahkan Belanda mengerahkan pasukannya dari Singkil Aceh.
 Perang Paderi itu merupakan awal untuk menguasai Minangkabau dan Tapanuli Selatan. Perlahan Minangkabau jatuh juga, disusul Natal, Mandailing, Barumun, Padang Bolak, Angkola, Sipirok, Pantai Barus, dan kawasan Sibolga. Akibatnya, Tanah Batak terpecah menjadi dua, yaitu daerah yang telah direbut Belanda menjadi Gubernemen atau disebut “Residentie Tapanuli dan Onderhoorigheden” Daerah yang belum ditaklukkan Belanda masuk wilayah Tanah Batak
Belanda kemudian menguasai Balige untuk merebut  pasukan Sisingamangaraja XII di Toba, untuk selanjutnya mengadakan blokade ke Bakkara. Berikutnya pada 12 Agustus 1883, Bakkara, tempat istana dan markas Sisingamangaraja XII berhasil direbut sehingga ia mundur ke Dairi bersama pengikut setianya, keluarga, dan para panglima yang terdiri dari beberapa suku Aceh.
 Tahun 1883, Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghancurkan pasukan Sisingamangaraja XII di hampir seluruh Tanah Batak. Sisingamangaraja XII kemudian membalasnya dengan menyerang Belanda di Balige dari Huta Pardede menggunakan armada laut dari Danau Toba. Sekira 40 kapal perang (solu bolon) yang panjangnya 20 meter menyerang sehingga perang pun pecah dengan sengit. Pada 17 Juni 1907, di pinggir Sungai Aek Sibulbulon, Sisingamangaraja XII tertembak setelah bertempur dalam jarak dekat dengan sebuah pasukan khusus pimpinan Kapten Christoffel. Diceritakan bahwa Sisingamangaraja XII kebal peluru namun karena terpercik darah putrinya, Lopian yang tertembak, maka Sisingamangaraja XII pun gugur bersama dua putranya yaitu Patuan Nagari dan Patuan Anggi. Sebelumnya, hampir seluruh kerabat dan keluarga Raja Sisingamangaraja XII ditangkap termasuk Boru Situmorang (ibu Sisingamangaraja XII), Boru Sagala (isteri Sisingamangaraja XII), dan putra-putri Sisingamangaraja XII yang masih kecil, yaitu Raja Buntal, dan Pangkilim. Berikutnya pengikutnya pun berpencar dan meneruskan perlawanan.

KEMBALIKAN INDONESIAKU KE INDONESIA

KEMANAKAH MEREKA PERGI??

Indonesia dulu dan sekarang amatlah berbeda. Kita pasti sangat merindukan Indonesia yang sangat damai, asri, alam yang indah, masyarakat yang sejahtera, dan kaya akan budaya. Namun sekarang semua telah hilang entah kemana. Sekarang lahan pertanian sangat susah ditemukan diIndonesia. Yang ada hanyalah gedung-gedung yang seakan-akan berlomba-lomba  mencapai langit, Asap polusi pabrik dimana-mana
Indonesia bukan hanya milik agama mayoritas, suku mayoritas dan milik kelompok kepentingan yang lain, 

INDONESIA MILIK SEMUA ! 



Masih ingatkah kalian akan foto diatas? Foto berbagai macam pakaian adat itu selalu ada dibagian belakang Atlas. Indonesia selain terkenal akan alamanya yang indah, budaya indonesia juga menjadi suatu cirikhas negara Indonesia. Namun sekarang Budaya itu mulai luntur karena masuknya pengaruh dari budaya luar. Masyarakat Indonesia terutama para remaja lebih menerima  budaya dari luar yang dianggap lebih modern.
Kemudian, mulai hilangnya keramahan warga indonesia, ya itu yang kita alami. Pernahkah kalian merasa sudah tertimpa musibah malah dicopet juga ? Ya inilah indonesia sekarang. 

Banyak yang sudah melupakan keramahan, padahal dulu Indonesia dikenal sebagai Negara yang ramah. Sekarang mungkin daerah daerah yang masih memegang kental budaya mereka seperti di Yogyakarta yang masih menyediakan keramahan dan ketulusan hati untuk menolong sesamanya
Sekarang yg ada hanyalah kekerasan. Sudah tidak ada cinta diantara sesama manusia. Para remaja yang selalu melakukan tawuran dimana-mana. Adanya perang antar organisasi, perang antar suku dan lain lain.
. 
 
Kita bisa merdeka karena semua bersatu semua menyadari perbedaan masing masing menghilangkan perbedaan membangun kebersamaan untuk membangun indonesia merdeka kenapa sekarang kita mulai terpecah-pecah ?

KEMBALIKAN INDONESIAKU